Selasa, 26 Juni 2018

Pengalaman Lebaran Tahun 2018

Pengalaman Lebaran Tahun 2018

Tahun ini giliran mudik ke Tegal kampung suami walau kedua mertua sudah meninggal, suami ingin kami mudiknya ke sana. Ya sudahlah tak mengapa toh di sana masih ada kakak-kakaknya juga bibinya.

Tetapi jika mengikuti keinginan anak-anak, mereka lebih senang mudik ke kampung saya di Makassar dengan berbagai alasan.
Memilih ke Tegal karena tahun lalu kami sudah ke Makassar, jadi gantian.
TV
Selain itu juga kami ingin menghemat biaya karena rencana InsyaAllah akan merenovasi rumah tahun ini. Mudik ke Tegal lebih ringan biayanya daripada ke Makassar.

Berangkat mudik dengan kendaraan pribadi roda 4 Alhamdulillah lancar walau sesekali agak tersendat karena beberapa hal misalnya terjadi penyempitan jalan karena ada beberapa pekerjaan kontruksi jalan yang belum selesai, adanya kecelakaan, tempat rest area yang nganti panjang mengular.

Berangkat tanggal 12 Juni sehabis sholat subuh dari Tangsel sampai Tegal pukul 14.00 WIB.

Sampai di kampung halaman disambut oleh keluarga dari kakak perempuan anak ke-2 dari keluarga suami.

Di rumahnya kami menginap selama 5 hari.  Awalnya mau 3 hari saja dengan pertimbangan agar tak merepotkan kakak.  Tetapi si kakak ternyata ingin kami tinggal lebih lama.

Semenjak mertua sudah meninggal,  rumahnya yang sering kami kunjungi sudah dikontrakkan kepada tukang jahit.

Di rumah selain di rumah kakak ke- 2, kami berbuka puasa bersama di rumah kakak pertama yang jaraknya lumayan jauh. Saya dan suami rencana pesan makanan saja untuk dibawa ke tempat berbuka bersama, ketika berangkat kami mampir ke ATM karena uang kami sudah menipis dan untuk membayar pesanan makanan, karena sedang memangku Harun, maka saya tak bisa keluar sendiri. Sayapun minta tolong bapak untu mengambilkan uang di ATM, karena tergesa-gesa sayapun salah kasih. Yang seharusnya ATM BRI syariah malah ATM BRI konvensional yang punya saya sendiri dan isinyapun tinggal 130 ribu rupiah.

Dengan nada yang kaget suami bertanya "  mama terakhir mengambil uang dimana?.  Kok tinggal 130 ribu, uangnya dikuras orang".

Aku sudah punya firasat pasti ada sesuatu.

Aku diam badan gemetar dan lemes mengingat dimana terakhir mengambil uang. Apalagi lagi marak pembobolan uang via ATM.

Aku baru tersadar setelah melihat ulang warna  ATM yang ku kasih warna hijau berarti BRI konvensional.

Baru tenang perasaan karena aku salah kasih.

Alhamdullillah uangnya masih utuh. Terimakasih ya Allah. InsyaAllah semua hak orang sudah kami keluarkan setiap mendapat pemasukkan.

Hampir telat sampai di tempat berbuka karena kejadian tadi.

Hari pertama lebaran, kami hanya berkeliling beberapa rumah tetangga mertua dan saudara-saudaranya hingga pukul 10.00 WIB setelah itu tak kemana-mana karena suami dimintatolongi untuk menjemput sepupunya lahiran di rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari kampung.

Hari kedua menghadiri acara pernikahan tetangga mertua yang di selenggarakan di Cirebon. Perjalanan 2 jam dari Tegal.
Banyak yang ikut mengantar pengantin ada yang menggunakan  bus juga mobil rosebak dan 2 mobil kijang termasuk yang kunaiki bersama keluarga mertua.

Kami mobil ke dua yang sampe duluan di tempat tujuan. Di sana disambut oleh keluarga mempelai perempuan. Mereka ramah-ramah semua. Segala jajananpun disuguhkan. Termasuk kripik rambak atau kripik kulit. Anak-anak senang bahkan kami( kakak dan adik) berinisiatif membungkusnya untuk dirumah ketika yang lain belum datang, jangan ditiru. 😊

Nikahan adat Cirebon, baru kali ini saya menyaksikan. Ada tarian topengnya.  Harun memperhatikan serius sekali. Awalnya enjoy tapi ketika kantuknya melanda, tiba-tiba rewel dan minta pulang. Sayapun memberi tahu ke suami untuk menggendongnya dan keluar dari keramaian. Sedang ijab kabul baru dimulai.

Berjalan diantara keramaian menuju belakang tenda, kulihat ada menara mesjid tak jauh dari lokasi akupun berjalan sambil menggendong Harun yang sudah benar-benar tidur. Semoga ada tempat duduk sehingga aku bisa memangkunya atau menidurkannya sebentar.
Alhamdulillah ada. Teras mesjid itu nyaman dan tak begitu ramai.

Cukup lama tidur terbangun ketika kakak ke mesjid untuk buang air kecil.

Ternyata suami juga mencariku sejak tadi. Ke tempat mobil parkir, ke rumah singgah yang pertama kami disambut. Mencariku untuk makan.

Setelah berfoto dan bersalaman dengan kedua mempelai dan orangtuanya kamipun pamit sekitar pukul 11.00 WIB.

Hari ketiga  baru ketempat saudara mertua yang jauh di kota Tegalnya.

Hari keempat kami balik ke Tangerang lancar jaya. Sengaja berangkat habis sholat subuh.

Terimakasih semua keluarga di Tegal.





Filosofi Mudik


Mudik adalah pulang ke kampung halaman. Mudik sudah menjadi tradisi tahunan bagi para perantau. Bukan hanya di Indonesi tapi juga di luar negeri.

Mudik adalah momen untuk mengenang daerah asal, tanah kelahiran, mengujungi orang tua dan keluarga besar, bersilaturahim, dan Ziarah ke kubur.

Dari ritual mudik ini ada beberapa filosofinya yaitu:

1. Filosofi bahwa semua manusia akan kembali ke asalnya.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, makhluk yang fana di dunia ini dan kelak akan kembali kepada asalnya yaitu tanah ketika kita dikuburkan.

Suatu pelajaran yang mengingatkan kepada kita bahwa kita di dunia hanya sementara saja. Kita akan kembali kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Demikian halnya ketika kita  merantau, jauh atau dekat dari daerah asal suatu saat pasti akan pulang ke kampung halaman.

Sesukses dan setinggi apapun jabatan, maka tak luput dari jasa  orang tua dan keluarga di kampung yang mendoakan dan membantu kesuksesan kita.

2. Filosofi Sosial

Ketika mudik maka si pemudik akan pulang ke kampung halamannya untuk berbagi kepada kedua orang tua, saudara, kemanakan, kakek nenek, paman dan bibi atau berbagi dengan sanak saudara.

Berbagi oleh-oleh dari kota, berbagi uang, berbagi hadiah maupun berbagi informasi.

Akan tetapi tidak harus sukses dulu baru mudik, tidak harus kaya dulu baru mudik, orangtua mengharapkan kita untuk pulang.

Di keluarga kami sebelum mudik sudah kami data keluarga dari pihak saya dan keluarga dari pihak suami. Siapa saja yang berhak untuk menerima dan berapa jumlahnya. Agar bisa ketahuan berapa jumlah uang yang harus dipersiapkan.

Selain uang kami juga membeli oleh-oleh berupa baju untuk para kemanakan, adik-adik dan orangtua kami.

Yang sudah dewasa laki-laki biasanya baju koko dan sarung, sedangkan yang dewasa perempuan baju gamis beserta kerudungnya.

Untuk mencari yang harganya miring maka saya menyempatkan diri untuk belanja pakaian di pasar Tanah Abang. Di sana selain murah juga banyak pilihan.

Selain pakaian tentu juga makanan ringan sebagai buah tangan dari kota untuk kerabat. Kami mencari makanan khas daerah.

Untuk membeli semua itu, tentunya kami perlu tambahan anggaran di  bulan mudik  lebaran.
Apalagi ketika mudik ke Makassar, anggaran untuk tiket berlima pulang pergi, juga angkutan bis ke kampung. Tapi ketika mudik ke Tegal ya anggaran buat pertamax dan pemeliharaan mobil.

Alhamdulillah sekarang ada THR dari pemerintah, jadi bisa untuk tambahan biaya mudik.

Setahun sekali, bulan Ramandhan dan Lebaran untuk berbagi agar reski semakin berkah.

3. Mudik adalah kebersamaan

Ketika pulang ke kampung bertemu dengan keluarga besar melepas rindu yang terpendam selama bertahun-tahun dirantau. Maka dimanfaatkan waktu mudik untuk berkumpul dengan keluarga besar. Melakukan kegiatan bersama-sama. Seperti buka puasa bersama, juga liburan/rekreasi bersama, cerita kenangan bersama keluarga.

4. Bersilaturahim

Kadang keluarga besar sudah tak saling mengenal lagi, seperti saya yang sejak tamat SD sekolah di rantau jauh dari orang tua. Maka ketika ada kegiatan kekeluargaan yang melibatkan keluarga besar seperti pesta nikahan, sunatan, syukuran dan lain-lain,  jarang bisa hadir. Maka kekuarga besar pun jarang yang kenal sama saya. Untung ada mudik lebaran yang menjadi momen untuk bersilaturahim dengan mereka.










Lomba 17 an

Sendiri mendaftar, berangkat bareng teman, pengumuman pun sendiri. Masyaallah tabarokallah,