Selasa, 26 Juni 2018

Filosofi Mudik


Mudik adalah pulang ke kampung halaman. Mudik sudah menjadi tradisi tahunan bagi para perantau. Bukan hanya di Indonesi tapi juga di luar negeri.

Mudik adalah momen untuk mengenang daerah asal, tanah kelahiran, mengujungi orang tua dan keluarga besar, bersilaturahim, dan Ziarah ke kubur.

Dari ritual mudik ini ada beberapa filosofinya yaitu:

1. Filosofi bahwa semua manusia akan kembali ke asalnya.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, makhluk yang fana di dunia ini dan kelak akan kembali kepada asalnya yaitu tanah ketika kita dikuburkan.

Suatu pelajaran yang mengingatkan kepada kita bahwa kita di dunia hanya sementara saja. Kita akan kembali kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Demikian halnya ketika kita  merantau, jauh atau dekat dari daerah asal suatu saat pasti akan pulang ke kampung halaman.

Sesukses dan setinggi apapun jabatan, maka tak luput dari jasa  orang tua dan keluarga di kampung yang mendoakan dan membantu kesuksesan kita.

2. Filosofi Sosial

Ketika mudik maka si pemudik akan pulang ke kampung halamannya untuk berbagi kepada kedua orang tua, saudara, kemanakan, kakek nenek, paman dan bibi atau berbagi dengan sanak saudara.

Berbagi oleh-oleh dari kota, berbagi uang, berbagi hadiah maupun berbagi informasi.

Akan tetapi tidak harus sukses dulu baru mudik, tidak harus kaya dulu baru mudik, orangtua mengharapkan kita untuk pulang.

Di keluarga kami sebelum mudik sudah kami data keluarga dari pihak saya dan keluarga dari pihak suami. Siapa saja yang berhak untuk menerima dan berapa jumlahnya. Agar bisa ketahuan berapa jumlah uang yang harus dipersiapkan.

Selain uang kami juga membeli oleh-oleh berupa baju untuk para kemanakan, adik-adik dan orangtua kami.

Yang sudah dewasa laki-laki biasanya baju koko dan sarung, sedangkan yang dewasa perempuan baju gamis beserta kerudungnya.

Untuk mencari yang harganya miring maka saya menyempatkan diri untuk belanja pakaian di pasar Tanah Abang. Di sana selain murah juga banyak pilihan.

Selain pakaian tentu juga makanan ringan sebagai buah tangan dari kota untuk kerabat. Kami mencari makanan khas daerah.

Untuk membeli semua itu, tentunya kami perlu tambahan anggaran di  bulan mudik  lebaran.
Apalagi ketika mudik ke Makassar, anggaran untuk tiket berlima pulang pergi, juga angkutan bis ke kampung. Tapi ketika mudik ke Tegal ya anggaran buat pertamax dan pemeliharaan mobil.

Alhamdulillah sekarang ada THR dari pemerintah, jadi bisa untuk tambahan biaya mudik.

Setahun sekali, bulan Ramandhan dan Lebaran untuk berbagi agar reski semakin berkah.

3. Mudik adalah kebersamaan

Ketika pulang ke kampung bertemu dengan keluarga besar melepas rindu yang terpendam selama bertahun-tahun dirantau. Maka dimanfaatkan waktu mudik untuk berkumpul dengan keluarga besar. Melakukan kegiatan bersama-sama. Seperti buka puasa bersama, juga liburan/rekreasi bersama, cerita kenangan bersama keluarga.

4. Bersilaturahim

Kadang keluarga besar sudah tak saling mengenal lagi, seperti saya yang sejak tamat SD sekolah di rantau jauh dari orang tua. Maka ketika ada kegiatan kekeluargaan yang melibatkan keluarga besar seperti pesta nikahan, sunatan, syukuran dan lain-lain,  jarang bisa hadir. Maka kekuarga besar pun jarang yang kenal sama saya. Untung ada mudik lebaran yang menjadi momen untuk bersilaturahim dengan mereka.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lomba 17 an

Sendiri mendaftar, berangkat bareng teman, pengumuman pun sendiri. Masyaallah tabarokallah,