Senin, 27 September 2021

Materi ke Lima Identifikasi Aksi


Bismillah, di tahapan ini para mahasiswa Bunsal dilatih untuk memiliki gagasan-gagasan aksi yang jelas yang akan dilakukan oleh tim.

Mulai dari berdiskusi menentukan aksi apa yang akan di highlight dari aksi itu di tim Rumah Qur'an Ibu, tentunya dengan membawa peta SMART yang telah kami buat.

Berbagi peran, ada yang membuat akun FP, IG, dan Web site lalu membuat postingan launching dan kampanye Tim Rumah Qur'an Ibu.

Terus terang awalnya bingung membuat website dan akun FB, ternyata setelah searching di YouTube banyak tutorial cara membuatnya.

Awalnya bikin akun FB pribadi namun, tidak menerima nama akun yang bukan nama orang akhirnya bikinlah akun Fanpage.

Kampanye di medsos masing-masing anggota tim dan kendaraan berkampanye tim kami.

Alhamdulillah kami seluruh aksi, update aksi kami merangkumnya dalam  template berikut.









#IdentifikasiAksi

#ibupembaharu

#bundasalihah

#darirumahuntukdunia

#hexagoncity

#institutibuprofesional

#semestaberkaryauntukindonesia

#ibuprofesionaluntukindonesia

Sabtu, 25 September 2021

Aku Berdaya Aku Berkarya

Bismillah

Dalam rangka Konferensi Ibu  Profesional aku ingin berbagi  menggoreskan sebuah kisah potongan hidup yang mudah-mudahan bermanfaat bagi diri sendiri maupun pembaca yaitu  tentang kilas balik menemukan jati diri.

Dahulu aku seorang ibu yang minder, tidak menghargai diri sendiri, sepertinya sudah tidak terlihat potensi diri, sering galau, marah-marah tanpa sebab, imbasnya anak pun tidak bahagia.

Seorang ibu rumah tangga yang masih fakir ilmu dalam mengurus diri, rumah tangga, mendidik anak, dan lain-lain. 

Sebelum menikah bercita-cita ingin menjadi wanita karir yang bekerja di ranah publik. Bisa punya uang sendiri tanpa minta suami.

Menurutku perempuan bekerja di ranah publik itu keren. Apalagi  mindset orang ketika anak merantau kuliah terus jadi ibu rumah tangga itu hal yang sangat disayangkan.

Ibu rumah tangga asli itu termarginalkan dan  dipandang sebelah mata.

"Sekolah duwur-duwur gene meng dadi ibu rumah tangga" suara sumbang yang kadang membuat mentalku tambah down.

Sebenarnya aku waktu kuliah pun sudah sambil kerja. Alhamdulillah bisa membiayai kuliah dari uang kerja itu. Sesekali memberikan sebagian untuk adik-adik walaupun tidak banyak.

Aku merantau sejak tamat SD meninggalkan desa untuk menuntut ilmu di sebuah kota, tujuannya agar kelak bisa kerja di tempat yang bagus lalu membantu perekonomian keluarga.

Aku meyakini bahwa hanya dengan bersekolah bisa meraih derajat yang lebih baik. Melihat kedua orang tua  yang hanya tamat SD dan hidupnya penuh perjuangan.  Tekadnya kuat untuk terus bersekolah walaupun biaya sangat minim.

Qodarullah, sebelum cita-cita tercapai, masih kuliah semester dua, ada seorang pemuda yang jatuh hati padanya dan meminta bertemu dengan kedua orang tua di kampung.

Seorang pemuda yang kebetulan sedang bekerja di  Makassar dan melanjutkan kuliahnya sejurusan denganku.

Berangkatlah dia kekampungku dan mengutarakan maksudnya melamarku. Kedua orang tuaku menerimanya dengan senang hati.

Akupun dilamar sebelum kuliah selesai, dan cita-citaku belum tercapai. Aku meminta satu sarat walaupun telah menikah, kuliah harus selesai apapun resikonya.

Menikah, lalu menjadi seorang ibu, punya anak. Aku mengambil cuti kuliah karena lahir putra pertamaku.

Mulailah kebosanan dalam hidupku muncul ketika punya bayi dengan rutinitas yang menoton. Kasur, dapur dan sumur.

Ditambah lagi hidup di kota ikut suami tugas tanpa ada sanak keluarga. Waktu itu ibu muda ini tidak punya teman di lingkungan tempat tinggalnya.

Aku sering menangis di saat suami pergi bekerja bekerja. Entah apa yang kurasakan campur aduk.

Aku menutup diri dari dunia dan informasi. Berhenti belajar sama sekali.
Kerjaan sehari-hari hanya masak, ngurus anak suami tanpa pernah berpikir untuk mengembangkan diri.

Alhamdulillah, bersyukur bertemu  seorang teman di perantauan yang mengajakku bergabung dengan komunitas Ibu Profesional. Seperti sebuah angin dari surga. Ini yang aku cari, tempat berkumpulnya ibu-ibu pembelajar, saling menguatkan, berbagi, dan berkarya walaupun dari rumah.

Saya langsung daftar tentunya dengan izin dari suami, ikut foundation dan kelas-kelas selanjut.

Alhamdulillah aku mulai menemukan jati diriku, aku bangga pada profesiku sebagai ibu rumah tangga, aku bisa berkarya walau dari rumah, aku berdaya Bismillah.

Mulailah aku melihat potensi yang kumiliki, ilmu yang kudapatkan ketika mondok, aku bisa mengajarkan Al-Qur'an  kepada anak-anak di sekitar rumah, tanpa meninggal amanah  anak-anak sebagai titipan.

Selain mengajar aku terus belajar di online di kelas Ibu Profesional dan beberapa kelas tahsin. Aktif di kegiatan sosial menjadi kader Posyandu, juga  sebagai pegiat literasi dalam program mengentaskan buta sirah di Indonesia.

Alhamdulillah ilmu yang kuperoleh di kelas-kelas yang kuikuti selama di Ibu Profesional. Masyaallah banyak sekali, ilmu yang tidak kudapatkan ketika sekolah maupun kuliah. Sekarang tinggal  mengamalkannya.

Terima kasih Bu Septi, sebagai Founder Ibu Profesional. Semoga terus Ibu Profesional terus berkembang memberi manfaat bagi banyak ibu di Indonesia bahkan di dunia, Aamiin

Setiap ibu adalah changemaker. Setiap ibu memiliki potensi, maka potensi itu akan terlihat jika dirinya sendiri menghargainya.

Aku  ibu rumah tangga juga ibu pembaharu. Dari rumah aku berkarya, insyaallah mencetak generasi-generasi Rabbani.

Alhamdulillah bersama dengan para ibu terus bergerak bersama belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak. Aamiin.

#darirumahuntukdunia
#sayembaracatatanperempuanKIP2021
#konfrensiibupembaharu2021
#Ibuprofesional






Selasa, 14 September 2021

Menentukan Tujuan dan Sumber Daya

Review Jurnal 

Menentukan Tujuan dengan SMART  dan Sumber Daya

Kali ini dapat buddy mbak Maharani dari IP Malang, timnya bernama BIJAG, (Bijaksana Bergadget) dengan anggota tim terdiri dari  keluarganya yaitu suami, anak, ibunya dan seorang asisten rumah tangga.

Mereka mengangkat masalah penggunaan gadget pada anak. Ini sangat Relate dengan kehidupan sehari-hari. Banyak para ibu yang memiliki masalah seperti ini termasuk  saya. Apalagi saat pandemi yang semua serba online. Maka harus memiliki managemen gadget yang benar.

Semoga sukses ya mbak beserta tim dalam menyelesaikan masalah hingga tercapai tujuannya.










#jurnalreview
#smartgoalsdansumberdaya
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#ibuprofesionaluntukindonesia

Selasa, 07 September 2021

SMART Goals

Membuat SMART Goals

Kali ini kita belajar membuat tujuan tim dengan metode SMART, untuk menemukan Goals yang SMART  maka kita perlu memahaminya terlebih dahulu, lalu menjelaskan ke Tim karena di Rumah Tahsin Ibu sebagian besar bukan mahasiswa Ibu Pembaharu.

Nah, tujuan yang SMART adalah:

S = Spesifik
Maksudnya tujuan itu harus jelas, rinci tidak umum. Nah, ini bisa kita gunakan pertanyaan 5W1H.

-What : apa yg ingin tim kita capai?
Mencerdaskan minimal 50 ibu agar dapat membaca quran dengan tartil sehingga mampu menjadi pengajar quran di keluarganya

-Why: mengapa tujuan tsb penting utk dicapai?
Karena masih banyak para ibu yang belum bisa membaca quran dengan tartil

-Who : siapa saja yang nantinya akan terlibat dalam pencapaian tujuan tsb?
Semua anggota tim yang terdiri dari tim pengajar tahsin (Een, Wahanten, Shuffah, Rahmi, Ufie, dan Nasihah) dan tim media & komunikasi (Nida, Diah, Desi, dan Fathe)

-Where : di mana tempat untuk mencapai tujuan tsb?
Kelas online via zoom/gmeet dan instagram

-When : kapan anda dan tim ingin mencapai tujuan tersebut?
In shaa Allah kelas perdana (dua kelompok) akan dimulai bulan September ini dan instagram akan mulai posting di bulan September ini

Measurabel= Dapat diukur
-Ada minimal 50 ibu yang ikut kelas tahsin tilawah
-Kelas tahsin diadakan 1 pekan 1 kali
-Postingan di IG minimal 1 pekan 1 kali
-Evaluasi di akhir kelas 1 kali

Achievable= Dapat dapat di raih

-Di semester pertama, jumlah peserta kelas tahsin tilawah minimal 20.  Di semester berikutnya, bertambah minimal 10 orang per semester.
-Di 1 bulan pertama, postingan di IG minimal 1 kali 1 pekan.  Di bulan kedua, postingan di IG minimal 2 kali 1 pekan.

Relevant=Relate
-Membaca quran dengan tartil hukumnya adalah fardhu 'ain untuk setiap muslim.  Maka sangat penting (urgent) untuk seseorang (dalam hal ini ibu) untuk dapat membaca quran dengan tartil.
-Saat ini semakin banyak lembaga tahsin online yang juga memiliki tujuan yang serupa.  Hal ini menunjukkan pentingnya dan urgentnya gerakan semacam ini.

Time bond=Jangka Waktunya
Tiga tahun
-Tercapai minimal 50 peserta kelas tahsin di pertengahan tahun 2024.


Nah untuk mencapai tujuan itu maka perlu Milestone, kami membagi menjadi tiga, sebagai berikut:








#smartgoalsdansumberdaya 

#ibupembaharu

#bundasalihah

#darirumahuntukdunia

#hexagoncity

#institutibuprofesional

#semestaberkaryauntukindonesia

#ibuprofesionaluntukindonesia








Lomba 17 an

Sendiri mendaftar, berangkat bareng teman, pengumuman pun sendiri. Masyaallah tabarokallah,