Rabu, 22 Juli 2020

Aliran Rasa Kelas Bunda Cekatan

Belajar merdeka, merdeka belajar ...
Aku bahagia menjalani semua prosesnya.

Selama 6 bulan kurang lebih perkuliahan dimulai dari tahap telur-telur, ulat-ulat, kepompong dan terakhir tahap kupu-kupu.

Di kelas telur, ada telur hijau, merah dan orange. Pertama membuat daftar seluruh kegiatan yang kita lakukan setiap hari sebagai istri, perempuan dan ibu, melacak  atau niteni (bahasa jawa) mana kegiatan yang membuat hati berbinar, mana yang bikin hati redup alias kurang bahagia. Ini adalah tahap telur hijau.

Di tahap telur merah temukan terampilmu dibidang apa? Mencatat kegiatan yang membuat hati bahagia dan kita ingin berlama-lama dengan aktivitas ini. Lalu buat kuadran dengan kegiatan-kegiatan: 
1. Penting mendesak, 
2. Penting tidak mendesak, 
3. Tidak penting dan mendesak, 
4. Tidak penting dan tidak mendesak.

Setelah itu masuk tahap telur orange mencari ilmu apa yang diperlukan untuk terampil dibidang yang sudah dicatat di telur merah. Termasuk belajar bagaimana menyingkirkan rintangan agar bisa mencapai terampil di suatu bidang. Misalnya agar punya waktu banyak untuk bermain dengan anak maka saya harus belajar bagaimana beres-beres efektif dan efisien agar bisa berlama-lama membersamai anak, atau belajar bagaimana bagaimana mengatur waktu agar bisa belajar tahsin dengan tenang.

Selain harus mengetahui ilmu apa yang kita butuhkan, sumbernya dari mana lalu  kita juga harus tau bagaimana cara belajar yang asyik sesuai dengan yang kita inginkan. Dengan kata lain yang gue banget tanpa terpengaruh dari faktor eksternal karena belajar yang merdeka dan merdeka belajar adalah proses yang bahagia untuk menjadi mahir dalam bidang tertentu.

Setelah itu langkah berikutnya adalah membuat mindmap atau peta belajar. Dibuat topik utama  apa yang akan dijabarkan ke beberapa sub topik. Tujuan mindmap ini agar kita tidak tersesat dalam belajar alias fokus terhadap tujuan utama. Hal ini sangat mungkin di era banjir informasi bila kita konsisten dan fokus maka tentu goalnya tidak akan tercapai.



Belajar setahap demi setahap, fokus, konsisten, sabar insyaallah terwujud.

Masuk kelas ulat-ulat, masuk the jungle of knowledge, disana banyak makanan yang wow sungguh lezat-lezat. Rasanya ingin memakan semuanya. Tapi aku harus memilih makanan yang sesuai dengan diriku. Sesuai dengan mindmapku. Banyak yang menarik tapi aku tak boleh tertarik. Disini aku juga melihat banyak teman-temanku yang sedang camping bahkan kami juga camping bersama. Belajar memahami mengenal teman-teman mahasiswa buncek untuk berkenalan, memberikan hadiah dengan ikhlas tanpa berharap juga aku belajar bagaimana mengolah rasa ketika memberi dan menerima. Kelas ulat adalah proses knowing something atau learn.

Setelah kenyang dengan makananku aku masuk ke kelas kepompong yaitu menjalankan proses being, kepompong ini  harus berpuasa menyingkirkan penghalang agar bisa cekatan debgan bidang tertentu. Aku puasa agar tidak telat bangun minimal pukul 4 subuh. Agar bisa mengawali hari lebih dini melakukan tahajjud dan lain-lain sebelum anak-anak bangun ini adalah prime timeku untuk belajar, menulis dan atau membaca. Puasa yang kulakukan juga puasa marah atau meninggikan suara kepada anak-anak. Alhamdulillah dampaknya luar biasa untuk diri dan keluarga. Puasa yang dilakukan sebelum  puasa di bulan ramadhan atau puasa sesungguhnya menjadi latihan yang sangat bagus. Sambil puasa kegiatan produktif yang menunjang agar kita terampil adalah bidang tahsin dan membuat 1 mainan dari barang bekas, atau ide bermain kreatif untuk membersamai anak-anak. Mulai dari mainan tradisional hingga mainan modern. Alhamdulillah bisa menjalankan tantangan 30 hari tanpa rapel dan bahagia ketika mendapat apresiasi dari ibu Septi untuk ikut bertatap muka langsung via Zoom bersama teman-teman lain yang konsisten. Ada 3 mahasiswa dari hima Tangsel, dan sekitar 200 orang mahasiswa dari ribuan yang berhasil istiqomah dalam tantangan itu.



Selanjutnya adalah kelas kupu-kupu, menjalankan program mentorship belajar menjadi mentor dan mentee, masyallah ternyata teman-teman mahasiswa buncek luar biasa, semua mahasiswa menawarkan keahliannya menjadi mentor Keren. 

Sayapun mengisi profile mentor sediain keahlianku walaupun saya juga masih dalam proses belajar,  never ending learning. Tentunya yang bermanfaat dengan tahsin dan ngajar Alquran di TPA. 

Alhamdulillah mentee ada yang ingin belajar tahsin Tapi diperjalanan setelah beberapa minggu baru ketahuan bahwa mentee ternyata mengambil bidang yang tak sesuai dengan mindmapnya akhirnya aku menyarankan agar beliau mencari mentor sediain dengan yang ditulis di peta agar manhunts bisa menjadi kupu-kupu yang kuat. Kamipun mengakhiri mentorshipnya dengan husnul Khotimah. 😆

Saya menjadi mentee di bidang nahwu shorof yang menjadi salah satu bidangny yang ingin saya kuatkan berkaitan dengan Alquran selain tahfiz. Alhamdulillah dipertemukan dengan mbak Juju Tresnawati dari IP Bandung, Jazakillah khoir  atas bimbingannya. Beliau Baik dan sedikit canggung dalam berkomunikasi diawal proses mentorship,  tetapi setelah mengenalnya lebih jauh MasyaAllah. Beliau Sabar membimbing saya belajar nahwu shorof. 

Ini adalah proses kami di kelas bunda cekatan, aku belajar banyak hal. 

1. Mengenalkan diri ini, tak perlu merasa underestimate diri melihat yang lain. Yakin bahwa diri kita unik,  bisa dan mampu sesuai dengan cara kita. Menerima diri dengan kelebihan Dan kekurangannya. 

2. Belajar konsisten dan fokus, satu persatu hingga mahir baru pindah ke lain bidang.

3. Belajar berbagi apa yang kita punya, Alhamdulillah semenjak ikut buncek selalu menanyakan pada diri apa lagi yang bisa saya lagi,  saya bisa bermanfaat apa lagi untuk keluarga dan masyaraka sekitar dan untuk Indonesia. Ingin menjadikan diri dan keluarga rahmatan lil'alamiin.  After Kelas buncek memberanikan diri untuk menjadi kurir  wakaf rombongan  buku-buku siroh  dengan mengajak keluarga, teman,  tetangga ikut berpartisipasi dalam wakaf buku rombongan yang akan kami salurkan ke yayasan,  taman baca,  sekolah-sekolah Dan TPQ seluruh Indonesia yang membutuhkan buku-buku siroh untuk mengentaskan but siroh. 

4. Lebih banyak bersyukur agar bahagia,  karena kebahagian diri sendiri adalah nurlailah agar kita bisa membahagiakan keluarga juga oranglain.

5.  Belajar menghargai diri sendiri juga anak dan suami sekecil apapun itu kesuksesan yang dicapai. 

6. Belajar bagaimana cara belajar yang baik,  membuat mindmap sebagai Peta belajar agar tak tersesat alias fokus pada goal yang sudah direncanaka.

7. Gagal tak mengalami asalkan aku belajar dari kegagalan itu.

8. Belajar menerima jika diberi feedback,  dikritik suami kadang ngambek mencari pembelian diri sebelumnya buncek tapi setelah buncek alhamdulillah menerima dengan senang hati jika ada kritikan karena dengan kritikan bisa belajar menjadi lebih baik. 

Sebenarnya masih banyak yang bisa diambil pelajaran. Akan tetapi 8 hal diatas sudah mewakili. 

Tetiba sedih ketika buncek Sudah akan berakhir setiap kahima ditugaskan membuat video selebrasi perregional,  undangan selebrasi kelulusan sudah disebar rasanya bahagia bisa mengikuti setiap tahapan dengan baik tanpa ada halangan suatu apapun tapi di balik itu ada kesedihan yang kurasa mengakhiri buncek ini. Semoga aku bisa menjadi kupu-kupu yang menebar manfaat bagi orang lain,  Aamiin. 

Ucapan terimakasih tak terhingga kepada guru kami ibu Septi Peni Wulandani Dan Bapaknya Dodik Maryanto semoga keberkahan tercurah kepada Bapak dan ibu. Kahima dan pengurus IP Tangsel juga teman-teman yang seregional yang saling menyemangati setiap saat.  Suamiku yang memberi ijin dan ridhonya untuk menuntut ilmu, anak-anakku yang baik dan selalu mengingatkan ketika tugas belum dikerjaan,  ikut belajar dan berproses. Terimakasih atas dukungan dan doanya untuk mama. 

Semoga IP tambah maju dan sukses agar  banyak ibu yang belajar dan berproses menjadi kupu-kupu yang cantik dengan perannnya masing-masing.

Suka sekali dengan proses pembelajaran di buncek.







#aliranrasa
#buncekbacth1 
#ibuprofesional




 


 



Selasa, 07 Juli 2020

Jurnal Mentoring pekan ke 7



Assalamulaikum, hai semua...

Memasuki pekan ke 7 kelas bunda cekatan di proses mentorship ini adalah melukiskan perasaan selama menjalaninya.

Sebenarnya sih bahagia karena dapat orang baik yang menunjukkan jalan untuk belajar nahwu shorof, walau saya mengerti mungkin karena kesibukkan beliau jadi kadang belum maksimal.

Tapi tetap bersyukur dan mengambil pelajaran bahwa belajar tak harus bergantung sepenuhnya kepada orang lain.

Walau jujur terkadang ketika saya down semangatnya ya juga butuh teman yang bisa memompa semangat, menularkan energi positif agar bisa kembali bahagia dan berakhir dengan high energy ending. 

Awalnya playground saya adalah tahsin, saya bahagia belajar dan mengajar tahsin, mengajarkan Alquran kepada orang lain, tertama anak-anak,  akhirnya merambah untuk tahu nahwu shorof agar saya paham kaidah-kaidah dalam Alquran yang kubaca akhirnya aku bisa paham dan mengerti maknanya dan kuamalkan dan ajarkan apa yang sudah kupelajari untuk menjadi pedoman hidupku.

Butuh waktu lama mempelajari keduanya dan waktu di mentorship ini  tak cukup. Tapi alhamdulillah bisa bertemu teman dam mentor yang sefrekuensi dalam belajar.

Sedih belum dapat surat cinta dari mentor ketika menanyakan beliau belum sempat, tapi saya tetap menghibur diri sekali lagi bahwa belajar tak harus bergantung kepada orang lain. 

Saya harus tetap jalan dan semangat menyemangati diri, menyetorkan jurnal ini apa adanya.



Me



Alhamdulillah akhirnya dapat juga surat yang ditunggu-tunggu pukul 20.14 wib.



#jurnalpekanke7
#terimakasihmentor
#kelaskupukupu
#buncekbatch1
#Ibuprofesional

Lomba 17 an

Sendiri mendaftar, berangkat bareng teman, pengumuman pun sendiri. Masyaallah tabarokallah,