Bismillah
Dalam rangka Konferensi Ibu Profesional aku ingin berbagi menggoreskan sebuah kisah potongan hidup yang mudah-mudahan bermanfaat bagi diri sendiri maupun pembaca yaitu tentang kilas balik menemukan jati diri.
Dahulu aku seorang ibu yang minder, tidak menghargai diri sendiri, sepertinya sudah tidak terlihat potensi diri, sering galau, marah-marah tanpa sebab, imbasnya anak pun tidak bahagia.
Seorang ibu rumah tangga yang masih fakir ilmu dalam mengurus diri, rumah tangga, mendidik anak, dan lain-lain.
Sebelum menikah bercita-cita ingin menjadi wanita karir yang bekerja di ranah publik. Bisa punya uang sendiri tanpa minta suami.
Menurutku perempuan bekerja di ranah publik itu keren. Apalagi mindset orang ketika anak merantau kuliah terus jadi ibu rumah tangga itu hal yang sangat disayangkan.
Ibu rumah tangga asli itu termarginalkan dan dipandang sebelah mata.
"Sekolah duwur-duwur gene meng dadi ibu rumah tangga" suara sumbang yang kadang membuat mentalku tambah down.
Sebenarnya aku waktu kuliah pun sudah sambil kerja. Alhamdulillah bisa membiayai kuliah dari uang kerja itu. Sesekali memberikan sebagian untuk adik-adik walaupun tidak banyak.
Aku merantau sejak tamat SD meninggalkan desa untuk menuntut ilmu di sebuah kota, tujuannya agar kelak bisa kerja di tempat yang bagus lalu membantu perekonomian keluarga.
Aku meyakini bahwa hanya dengan bersekolah bisa meraih derajat yang lebih baik. Melihat kedua orang tua yang hanya tamat SD dan hidupnya penuh perjuangan. Tekadnya kuat untuk terus bersekolah walaupun biaya sangat minim.
Qodarullah, sebelum cita-cita tercapai, masih kuliah semester dua, ada seorang pemuda yang jatuh hati padanya dan meminta bertemu dengan kedua orang tua di kampung.
Seorang pemuda yang kebetulan sedang bekerja di Makassar dan melanjutkan kuliahnya sejurusan denganku.
Berangkatlah dia kekampungku dan mengutarakan maksudnya melamarku. Kedua orang tuaku menerimanya dengan senang hati.
Akupun dilamar sebelum kuliah selesai, dan cita-citaku belum tercapai. Aku meminta satu sarat walaupun telah menikah, kuliah harus selesai apapun resikonya.
Menikah, lalu menjadi seorang ibu, punya anak. Aku mengambil cuti kuliah karena lahir putra pertamaku.
Mulailah kebosanan dalam hidupku muncul ketika punya bayi dengan rutinitas yang menoton. Kasur, dapur dan sumur.
Ditambah lagi hidup di kota ikut suami tugas tanpa ada sanak keluarga. Waktu itu ibu muda ini tidak punya teman di lingkungan tempat tinggalnya.
Aku sering menangis di saat suami pergi bekerja bekerja. Entah apa yang kurasakan campur aduk.
Aku menutup diri dari dunia dan informasi. Berhenti belajar sama sekali.
Kerjaan sehari-hari hanya masak, ngurus anak suami tanpa pernah berpikir untuk mengembangkan diri.
Alhamdulillah, bersyukur bertemu seorang teman di perantauan yang mengajakku bergabung dengan komunitas Ibu Profesional. Seperti sebuah angin dari surga. Ini yang aku cari, tempat berkumpulnya ibu-ibu pembelajar, saling menguatkan, berbagi, dan berkarya walaupun dari rumah.
Saya langsung daftar tentunya dengan izin dari suami, ikut foundation dan kelas-kelas selanjut.
Alhamdulillah aku mulai menemukan jati diriku, aku bangga pada profesiku sebagai ibu rumah tangga, aku bisa berkarya walau dari rumah, aku berdaya Bismillah.
Mulailah aku melihat potensi yang kumiliki, ilmu yang kudapatkan ketika mondok, aku bisa mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anak di sekitar rumah, tanpa meninggal amanah anak-anak sebagai titipan.
Selain mengajar aku terus belajar di online di kelas Ibu Profesional dan beberapa kelas tahsin. Aktif di kegiatan sosial menjadi kader Posyandu, juga sebagai pegiat literasi dalam program mengentaskan buta sirah di Indonesia.
Alhamdulillah ilmu yang kuperoleh di kelas-kelas yang kuikuti selama di Ibu Profesional. Masyaallah banyak sekali, ilmu yang tidak kudapatkan ketika sekolah maupun kuliah. Sekarang tinggal mengamalkannya.
Terima kasih Bu Septi, sebagai Founder Ibu Profesional. Semoga terus Ibu Profesional terus berkembang memberi manfaat bagi banyak ibu di Indonesia bahkan di dunia, Aamiin
Setiap ibu adalah changemaker. Setiap ibu memiliki potensi, maka potensi itu akan terlihat jika dirinya sendiri menghargainya.
Aku ibu rumah tangga juga ibu pembaharu. Dari rumah aku berkarya, insyaallah mencetak generasi-generasi Rabbani.
Alhamdulillah bersama dengan para ibu terus bergerak bersama belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak. Aamiin.
#darirumahuntukdunia
#sayembaracatatanperempuanKIP2021
#konfrensiibupembaharu2021
#Ibuprofesional