Bismillah.
Perkuliahan di pembaharu dimulai. Di materi satu ini kita belajar mengidentifikasi masalah. Setiap orang khususnya perempuan sebagai istri, sebagai ibu, ataupun sebagai bagian dari masyarakat di lingkungan masing-masing, baik masalah yang berkaitan dengan pribadi, keluarga maupun lingkungannya.
Ibu pembaharu adalah ibu yang yang bisa mengubah masalah menjadi tantangan untuk mencari solusinya.
Berbinar melihat masalah, karena dengan adanya masalah akan mengupgrade kemampuan, ilmu baru, semangat dan kesabaran yang baru.
Berusaha mencintai apa yang di depan mata. Mencintai apa yang dikerjakan.
Bersikap glokal untuk, warga dunia yang menyaksikan beranekaragam masalah yang terjadi secara global.
Setiap orang adalah changemaker. Setiap ibu adalah pembawa perubahan. "Dari rumah untuk dunia." Bikin hati bergetar, Masyaaallah.
Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Maka dia harus belajar atau berubah terlebih dahulu.
Perempuan adalah makhluk yang kuat, ini terbukti dengan mengandung selama sembilan bulan, lalu ditambah melahirkan yang merupakan proses yang luar biasa, kemudian menyusui. Semua itu menjadikan perempuan kuat dan tidak akan lemah dengan masalah.
Ibu pembaharu adalah ibu yang konsisten :
1. Emphaty Cognitif yaitu memiliki sikap aktif mendengar dan memperhatikan masalah sosial sekecil apapun masalah itu.
2. Teamwork melengkapi diri dengan tim untuk berkolaborasi menyelesaikan masalah.
3. New leadership
Mengembangkan ketahanan dan kepemimpinan dalam upayaa memecahkan masalah sejak usia muda.
4. Creative problem solving, menerapkan pikiran kritis untuk solusi inovatif untuk masalah yang kompleks.
Adapun tahapan menjadi ibu pembaharu yaitu:
1.Identifikasi masalah
2. Temukan teman
3. Pahami masalah
4. Memilih tujuan
5. Identifikasi aksi
6. Melakukan aksi
7. Apresiasi
8.Merayakan Solusi
Nah, kali ini saya akan mengidentifikasikan masalah-masalah saya baik secara pribadi maupun lingkungan.
Selama ininyang mengganjal, dan terpikir terus ada beberapa hal tertulis dalam templet berikut.
Secara bertahap saya akan mencari akar masalahnya satu persatu mencari problem solvingnya.
A. Masalah berat badan. Masalah pribadi yang kadang membuat kurang percaya diri. Sebelum melahirkan berat badan tidak pernah mencapai 60 kilo gram, tetapi sejak melahirkan berat badan diatas 60 kilo gram dan sekarang kisaran 67 kilo gram. Ukuran baju semakin besar. Kadang jadi candaan anak dan suami bahkan ada seseibu yang menegurku. Aku hanya tertawa dan mengatakan Alhamdulillah sehat, namun dalam hati kecil ingin punya berat badan ideal seperti dahulu.
Saya tak ingin terus menerus memiliki berat badan yang lebih. Karena saya tahu bahwa banyak faktor yang timbul efek dari kelebihan berat badan itu. Apalagi di masa pandemi ini jarang lagi ngegym bersama teman-teman, tetapi sekarang membatasi kegiatan yang berkumpul.
Bisa sih melakukan sendiri tetapi kok ya kalau sendiri tidak sama semangatnya kalau bareng-bareng dalam sebuah tim.
Dengan berat badan yang lebih juga menyebabkan sering mengantuk di pagi hari, juga memicu penyakit lain seperti kolesterol dan lain-lain.
Akar masalahnya:
1. Makanan yang dimasak dirumah, tiada hari tanpa menggoreng lauk.
2. Belum bisa mengurangi ngemil.
3. Olahraga masih belum rutin.
4. Air putih yang masih kurang.
Dari masalah menggoreng ini timbul lagi masalah baru terhadap lingkungan. Yaitu limbah minyak yang sangat tidak bagus apabila dibuang di saluran air.
Minyak itu akan menjadi gumpalan yang menyumbat di dalam pralon juga bisa mencemari lingkungan.
Maka berusaha bagaimana agar minyak-minyak jelantah bukan hanya saya tetapi ibu-ibu tetangga saya bisa mengolah limbah minyak menjadi sesuatu yang bisa dipakai/ bermanfaat.
B. Penggunaan plastik kresek untuk belanja dan juga membungkus aneka bekal juga yang akan saya simpan di kulkas. Ini sebenarnya sudah banyak bertebaran ilmu bagaimana cara mengurangi sampah plastik ini, namun secara pribadi belum tergerak untuk mempelajarinya. Ini bisa menjadi masalah pribadi juga lingkungan.
Akar masalahnya:
1. Belum mau menggunakan tas kain untuk belanja.
2. Merasa asing jika harus menyodorkan wadah ketika belanja di pasar.
3. Belum ada wadah yang nyaman untuk membungkus bekal seperti buah, sayur berkuah, juga kue-kue. Termasuk juga dalam kulkas masih berantakan.
C. Merasa risih ingin mengoreksi/membenarkan bacaan alquran anak-anak dan suami. Ingin mengajak mereka ikut tahsin, tetapi belum berhasil. Semoga Allah memberi hidayah. Ingin keluarga kami semua menjadi ahli Qur'an. Amin.
Akar masalah:
1. Belum punya kurikulum sendiri untuk anak-anak target belajar.
2. Menghafal alquran masih belum konsisten begitupun tadabbur.
3. Manajemen waktu masih belum istiqomah.
Untuk pertama kali akan saya cari solusinya agar bisa mengubah masalah menjadi tantangan menjadi solusi bukan hanya ubtuk diri, keluarga, lingkungan bahkan untuk dunia, insyaallah. Amin
Berikut templet jurnal saya:
Dari ketiga masalah itu maka saya memutuskan satu saja yang terakhir, insyaallah yang pertama dan kedua masuk menjadi bank masalah yang akan diselesaikan kemudian insyaallah.
#materi1
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia