liburan panjang kali ini kami putuskan pulang ke kampung saya di daerah Sulawesi Selatan tepatya daerah Luwu Utara Masamba, sukamaju nama desanya.
Sebuah kampung transmigran yang sudah maju dan membaur dengan penduduk asli.
Berbagai suku antara lain Jawa, Bali, Madura dan Bugis hidup berdampingan saling menghormati dan menghargai.
Hidup rukun dan damai itu ciri khas kampungku.
Suasana alam pedesaan yang sangat asri itu keadaan sewaktu aku masih SD.
Tapi ketika kami pulang liburan idul fitri tahun ini sudah banyak perubahan.
Bangunan ruko dimana-mana. Mini market sudah mulai menjamur di desa kami.
Yang dulunya tanah pertanian alias sawah sudah jadi perumahan yang lumayan padat.
Yang membuat kami senang di rumah mbah banyak buah-buahan yang tinggal petik. Jeruk bali, pisang, jambu, timun suri, pepaya, kelapa dan semangka. Semua ada di kebun. Kalau pas musim rambutan dan durian juga ada, tapi sayang kemarin gak musim waktu kami pulang.
Selain buah sayuran juga tinggal petik. Seperti daun ubi, bayam, kangkung, terong, cemangi juga cabe.
Bumbu dapur ada salam dan sereh. Biasanya mbah membawa sebagian hasil kebunnya ke pasar untuk dijual. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tanaman komoditas di kebun mbah yaitu cacao. Ini tanaman perkebunan yang banyak ditanam orang di kampung selain kelapa sawit.
Kami sempat jalan-jalan ke kebun cacao mbah yang sudah mulai berbuah, ada juga yang baru berbunga serta ada yang baru dibibit.
Memberi makan sapi, ayam dan mentok itu kesenangan anak-anak.
Melihat aktivitas sehari-hari mbah dikampung. Selain aktif di masjid merawat tanaman juga memelihara ternak.
Subhanalloh hidup yang indah dan damai dan berkah. Aamiin.
Mbah adalah petani. Aku juga petani lho. Senang rasanya kalo sudah di kebun. Rasanya tentram lihat tanaman yang hijau berbuah.
Sepuluh hari dikampung pulang pergi gak terasa. Waktu cepat berlalu. Pengen rasanya kami masih tinggal disana.
Hari lebaran benar-benar kami manfaatkan bersilaturahim dengan keluarga besar baik dari mama dan bapak saya.
Anak-anak senang karena dapat banyak angpao alias THR dari kerabat.
Muter-muter keliling kampung tapi masih juga ada yang terlewat. Mohon maaf kepada mbah, paksamplek, bulek, pakde, bude apabila gak sempat mampir kerumah sampean.
Pengen sekali berkunjung tapi waktu yang begitu cepat berlalu.
Lebaran H+3 kami harus pulang ke Jakarta. Semua perlengkapan dan perbekalan untuk diperjalanan yang cukup panjang.
Banyak oleh-oleh dari merek yàng tak sempat kami bawa semua. Takut overload bagasi.
Mereka mengantar kami sampe di perwakilan bus malam juga menunggu hingga bus berangkat baru pulang.
Menetes tak terasa airmata ini membasahi pipi. Kujabat tangan mereka dan kupeluk mereka satu persatu. Semoga mereka sehat selalu. Sungguh masih ingin tinggal lebih lama di tanah kelahiranku.
Kulangkahkan kaki ini menuju bus yang sudah menunggu, oh sungguh terasa berat. Tapi kami harus pulang kembali menemani suami yang dinas di ibukota.
Terimakasih untuk Bapak, mama, adik-adikku
( kandung dan sepupu), bulek-bulek, paklek-paklek, bude-bude, pakde- pakde.
Maaf tidak bisa saya sebut satupersatu.
Semoga Alloh SWT membalas dengan balasan yang lebih baik. Aamiin.
♥♥♥♥♥
Nah setelah sampe liburan kaka Putri mau menghitung THR yang didapat selama dikampung.
Semua pecahan ada mulai ratusan ribu, lima puluh ribu, dua puluh ribu, sepuluh ribu, lima ribu, dua ribu, seribu juga limaratusan.
Lumayan banyak untuk anak-anak. Kurang lebih Delapan ratus ribu rupiah.
Semuanya disimpan di dompet kesayangannya. Hingga kelihatan penuh karena banyak pecahan sepuluh ribunya. 😁
Kemarin waktu nengok Mas Nanda benar-benar membeli makanan yang disuka semaunya. Karena dipikirnya itu uangnya sendiri.
Setelah balik ini saya panggil kaka untuk sama- sama menghitung kembali THRnya sisa berapa.
Saya katakan bagaimana kalau uang THRnya ditabung di celengan semua. Tapi ternyata si kaka punya inisiatif sendiri.
Setelah kami temani menghitung ternyata total sisa uangnya ada lima ratus delapan puluh lima ribu rupiah.
" Ma, uangku gak boleh dimasukkan ke celenganku semua tapi harus ada yang diinfakkan untuk kenclengan di masjid." Katanya sambil memasukkan uang lima ribu puluh ribuan ke dalam kenclengan.
Subhanalloh nak. Alhamdulillah. Barokallah anak sholehah semoga tambah sholehah ya. !
"Berapa yang kaka masukin,? Tanyaku.
"Lima puluh ribu ma".
Alhamdulillah.
Kebetulan di rumah ada semacam kotak amal untuk masjid di komplek kami yang setiap bulan dibagikan dan diambil isinya. Terserah warga mau ngisi berapa.
Setelah itu ini empat ratus ribu untuk celenganku.
Seratus ribu untuk mama, untuk nambahi beli bukuku.
"Nah sisanya recehan limaribuan, duaribuan dan seribuannya untuk jajanku ya ma"?Iya boleh.
Alhamdulillah kaka sudah pandai membuat pos-pos keuangannya sendiri walau masih sederhana. Semoga di kemudian hari pandai mengelola uangnya maupun uang suaminya. Aamiin.