Jumat, 08 Mei 2020

Jurnal Minggu Pertama Kelas Kupu-Kupu

Mencari Mentor Dan Mentee.

Salah satu program di kelas kupu-kupu ini adalah mentoring, yaitu  setiap mahasiswa diharapkan menjadi widyaiswara Salah satu bidan yang menjadi keahliannya  atau ilmu yang sudah dia pelajari dan mengerti sudah mumpuni, baik itu sesuai dengan mind map atau tidak.

Selain jadi mentor juga harus menjadi mentee dengan mencari seorang mentor yang akan membimbingnya tentang suatu hal yang berkaitan dengan ilmu yang ingi didalami atau dipelajarinya.

Proses Mencari Mentor

Nah proses mencari mentor tidak ada masalah yang berarti, lancar jaya sekali ngelamar langsung diterima.

Dalam mindmap saya ada beberapa topik yaitu: tahsin, manajemen waktu, main dengan anak dan manajemen konsistensi.

Nah saya akan mendalami tahsin dulu beserta ilmu yang mendukungnya yaitu bahasa arab, nahwu shorof dll.

Alhamdulillah ketika searching nemu satu-satunya mentor yang mau berbagi ilmu shorof yaitu mbak Juju Trenawati, maka saya langsung melamar beliau dan langsung diterima Alhamdulillah.

Kuputuskan memperdalam ini karena saya juga sedang belajar virtual tentang Nahwu shorof jadi biar sejalan.

Proses Menjadi Mentor 

Berpikir sejenak apa yang saya tekuni saat ini adalah berkaitan dengan Al'quran. Saya berbinar untuk belajar dan mengajarkan Alqur'an. Menjadi guru di TPA kurang lebih sepuluh tahunan. Maka saya memberanikan diri untuk mendaftar menjadi mentor tahsin dan pengajaran TPA.

Profilpun kutulis dan segera submit jadi mentor. Menunggu satu, dua sampai tiga hari tidak ada melamar jadi menteeku. Padahal lihat di Wag Hima Tangsel ada temen yang memang jam terbangnya sudah lumayan dilamar bahkan ada yang sampai lima mentee.

Aku ko sampe hari ketiga gak ada yang ngelamar ya, tetap menjaga semangat dan membesarkan hati agar tak minder toh sampe sekarangpun masih ada kurang lebih dupuluh orang yang menjadi mentor dan belum dapat mentee, bahkan mereka juga yang jam terbangnya sudah tak diragukan lagi.

Ini membuatku merasa tidak sendiri dan masih tetap mencari cara dengan bertanya ke mbak Ika Prat. Curhat ke beliau walau di tengah kesibukannya beliau sempatkan membaca pesanku.

Aku curhat bahwa bagaimana dapat mentee, karena nunggu pesan messenger berharap ada yang mau belajar bareng tapi hasilnya nihil.

Mbak Ika memberikan solusi gini, "coba di cari di daftar mentee ada 300an orang yang mencari mentor lho." Akupun langsung meluncur ke daftar mentee dan kubuka satu persatu.

Pertama nemu yang membutuhkan ilmu alquran, saya pikir inilah yang membutuhkan ilmu tahsin. Langsung saya klik dan menyapa terus menanyakan apakah perlu ilmu alquran itu adalah tahsin?

Lalu beliau tak berapa lama memberikan jawabannya bahwa dia sudah memiliki mentor. Oh sayang sekali belum berjodoh.

Mencari lagi dengan menyempatkan diri membaca satupersatu profil, alhamdulillah ada yang memcari ilmu tentang mengajar  Alqur'an anak-anak di TPA.

Wah seneng banget nih, berharap inilah menteeku sesuai dengan kemampuanku. Tapi setelah kukirim pesan mesenger dia menjawab " mbak Anten senang banget diajak belajar bareng tapi mohon maaf aku sudah punya mentor." Langsung tak terasa air mataku meleleh. Entah apa yang kurasakan. Campur aduk, galau, sedih, ingin nyrah saja. Tapi aku tetap berhuznudhon sama Allah mungkin aku akan diberikan mentee yang terbaik. Kalaupun aku gak dapat mentee aku akan belajar terus hingga diri ini layak jadi mentor. Aamiin.

Gak dapat mentee gak apa-apa yang penting sudah berusaha maksimal. Nanti ini akan menjadi bahan ceritaku di jurnal.

Untuk menumpahkan kesedihan yang kualami ini hanya bisa bercerita  pada mak Ika Prat saja. Kalau temen-temen ada yang menceritakan di wag Hima. Tapi aku gak bisa. Mak Ika hanya mendoakan "semoga segera dapat mentee."

Malam haripun tak bisa tidur memikirkan diri tang belum dapat mentee, tiba-tiba dalam kesedihan ini Allah memberikanku ingatan kepada seorang temen seregional yang sama-sama belajar tahsin tapi beliau lama tidak muncul di grup. Namanya mbak Marisa. Ada apakah gerangan? Gimana kabarnya?

Awalnya hanya ingin menanyakan kabar beliau saja. Tak terpikir bahwa ingin menjadi mentornya.

Tapi qodarullah beliau langsung meminta saya menjadi mentornya. Masyaaalah dengan senanghati dan bersyukur ternyata Allah memberikan yang terbaik yaitu orang yang selama ini sudah saya kenal dan memerlukanku untuk belajar tahsin. Bersyukur Alhamdulillah. Akhirnya bertemu orang yang tepat setelah mengalami penolakan walaupun secara halus kok ya sedih gitu ya.

Bismillah saya akan memulai belajar mementoring mentee saya semoga lancar.

Seru juga cerita ini akan kukenang selalu. Terimakasih bu Septi atas curahan ilmu menjadi mentor dan mentee yang baik, yang selalu menjunjung tinggi adab.

Ini adalah benar- benar belajar saya secara sadar.  Menjadi kupu-kupu muda yang bermanfaat lebih banyak lagi. Insyaallah.

Selamat bejuang wahai diriku, perjalanan panjang baru dimulai. Semoga meraih derajat yang mulia.




#Jurnalpekan1
#Kelaskupukupu
#Menjadimentormentee
#Buncek bacht1





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lomba 17 an

Sendiri mendaftar, berangkat bareng teman, pengumuman pun sendiri. Masyaallah tabarokallah,