Kali ini bukan dengan keluarga kecil, tapi kami mengajak mama juga mbah buyut akung dan mbah buyut putri.
Baru kali ini saya dan keluarga ke sana, padahal orang tua saya asli Yokyakarta yang diajak bertransmigrasi puluhan tahun yang lalu oleh kakek dan nenek.
Kala itu mama masih berusia 7 tahun, anak pertama dari 5 bersaudara. Ada pengumuman pemerintah untuk bertransmigrasi sampai ke mbah buyut akung, tak berpikir panjang mengajak keluarganya untuk bertransmigrasi, padahal anaknya masih kecil-kecil.
Dengan niat yang kuat berangkatlah keluarga mbah buyut dengan beberapa keluarga lain menuju pulau Sulawesi, sulawesi selatan tepatnya sukamaju, kabupaten Luwu Timur sekarang namanya setelah pemekaran beberapa tahun lalu.
Sebuah desa yang letaknya 450 km dari kota Makassar. Lumayan jauh....
Semenjak itu baru kali ini mama balik ke Yokya bersilaturahim dengan sanak saudara yang telah ditinggalkan kurang lebih 45 tahun yang lalu.
Kalau mbah buyut sudah beberapa kali menengok keluarga dan bersilaturahim.
Untuk menyambung silaturahim dengan keluarga di sana yang tidak pernah ketemu sebelumnya maka mengajak mbah buyut yang paling tepat agar persaudaraan tak terputus.
Di Yokyakarta kurang lebih 1 minggu, menginap di rumah saudara yang rumahnya tepat di depan pantai Parangtritis.
Di pantai inilah dulu mbah buyut mencari nafkah dengan mencari ikan, undur-undur laut, juga berbagai macam hewan laut lain yang bisa dijual.
Sekarang sudah berubah wajah mejadi tempat pariwisata yang sangat ramai apalagi ketika musim liburan tiba.
Keluarga yang tinggal di pesisir ini sekarang berprofesi menjual aneka oleh-oleh khas Parangtritis dan membuka rumah makan.
Setelah dari Parangtritis, kami menuju pusat wisata sejarah yaitu monumen Yokya kembali, disana kami nonton film dokumenter tentang direbut kembali kota Yogyakarta dari penjajah.
Tak terlalu lama kami di sana, setelah sholat dan makan siang meneruskan perjalanan menuju Candi Borobudor.
Suasana sejuk dengan mendung menggelayut yang hampir menjatuhkan bebannya terpaksa kami harus menyewa payung, tapi untungny hingga kami masuk dan menaiki tangga yang ada hanya hujan rintik-rintik.
Sampai kepuncak melihat indahnya panorama di sekeliling borobudur. Tapi sayang mbah buyut gak bisa ikut naik karena jalannya cukup jauh dan tangga curam sekali.
Melihat kondisi beliau yang sudah tua sekali akhirnya beliau menunggu kami di pos penjagaan.
Sampe sekitarnya pukul 15.00 wib kami selesai dan turun kemudian memutuskan pulang yang sebelumnya membeli beberapa oleh-oleh berupa baju kaos khas Yogyakarta.
Pulang mencari penginapan di daerah kota Yogyakarta, teringat ada temen tinggal di sana, saya hubungi beliau untuk menanyakan penginapan yang terjangkau tapi bagus. Beliau menyarankan Mess Perbendaharaan Yokya yang terletak dekat Malioboro.
Semalam tarifnya sekitar 300rb dengan fasiltas yang lumayanlah. Akhirnya kami putuskan nginep disana, dan memesan 2 kamar.
Semalam disana mengistirahatkan badan yang lelah seharian berjalan. Alhamdulillah pagi kami makan dari warung yang berjualan di sekitar mess. Lumayan murah 10rb saja sudah dapat,nasi, lauk dan sayur. Nasi porsinya banyak, bisa untuk makan berdua.
Setelah sarapan kami bergegas pulang ke Tangerang, tapi kondisi macet di jalan jadi kami putuskan menginap lagi di Tegal, mampung suami. Disana kami nginep di rumah kakaknya suami.
Karena capek kaka putri muntah-muntah. Saya beri mintak kayu putih dan teh anget, Alhamdulillah membaik.
Keesokkan harinya melanjutkan perjalanan pulang ke Tangerang. Berangkat pukul 06.00 wib nyampe pukul 15.00 wib. Termasuk lancar kecuali didaerah bekasi yang sedan pelebaran jalan dibeberapa ruas jalan.
Alhamdulillah seminggu perjalanan pulang pergi, Liburan yang menyenangkan.
Makanan di Yokyakarta sangat murah dan pendudukny ramah. Pengen suatu saat suami pindah tugas ke sana.
#Liburan sekolah
# DIY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar