Sabtu, 03 Maret 2018

Nomaden


Nomaden adalah sebuah istilah untuk hidup yang berpindah-pindah tempat.

Semenjak menikah 14 tahun lalu kami sudah mengalami pindah tempat tinggal sebanyak 8 kali.

Ini adalah sebuah konsekuensi menjadi abdi negara yang siap dipindahtugaskan  ke seluruh wilayah Indonesia. Sudah menjadi tuntutan pekerjaan.

Salah satunya adalah suami saya.  Berpindah tugas dari satu pulau ke pulau yang lain, dari satu kota ke kota yang lain.

Hanya sekali tak ikut pindah tugas ke Timika, Papua, karena beberapa alasan.
Waktu itu kami LDRan selama 2 tahun. Saya anak-anak tinggal di Tangerang Selatan, suami di Timika.

Anak kami 3 orang memiliki tempat lahir yang berbeda. Pertama di Sulawesi Selatan, Kedua di Tangerang Selatan dan yang ketiga di Kalimantan Selatan.

Menjadi istri dan keluarga abdi negara banyak suka dan dukanya.

Adapun sukanya:
1. Mengetahui daerah baru lebih banyak.
2. Punya banyak saudara dan teman di berbagai pulau.
3. Mengenal  budaya Indonesia yang beragam.
4. Mengenal kuliner Indonesia bervariasi.
5. Belajar survive dimanapun kami berada karena wilayah Indonesia adalah tanah airku.

Dukanya:
1. Packing barang setiap  kali akan pindahan.
2. Bongkar lagi barangnya setelah sampai di tempat baru sekaligus merapikannya.
3. Mencari sekolah anak di tempat yang baru.
4.Menyesuikan diri pada lingkungan baru.
5. Membeli peralatan rumah tangga yang baru lagi.
6. Sedih ketika harus berpisah dengan tetangga yang sudah seperti saudara.

Untuk mensiasati banyaknya barang apabila kami berpindah tempat tinggal, maka membeli barang-barang karena butuh terhadap barang tersebut bukan karena ingin, ini membantu meminimalisir barang mubazir.

Awalnya tidak membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, akhirnya waktu dari Sulawesi Selatan ke Tangerang Selatan, barang-barang besar yang tak bisa dibawa sebagian kami jual dan hibahkan.

Hal-hal yang kami lakukan ketika pindah ke suatu daerah adalah:

1. Mencari tahu daerah itu  sekaligus letak kantornya dimana, syukur pas dapat rumah dinas yang kosong dekat kantor. Kalaupun tidak dapat rumah dinas, maka kami mencari tempat tinggal yang dekat dengan sekolahan anak, pasar dan sarana kesehatan.
2. Menceritakan kepada anak keadaan daerah baru yang akan di tinggali.
3.Mencarikan teman anak disekitar lingkungan tempat tinggal.
4.Menemani anak diminggu pertama di sekolah barunya.

Kadang kami ada waktu kurang lebih 2 minggu untuk persiapan pindah tetapi untuk kepindahan dari Kalimantan Selatan ke Tangerang Selatan benar-benar mendadak.

Suatu siang seperi biasa bapak pulang untuk makan siang tak berucap sepatah katapun menyerahkan sebuah SK
mutasi, "Apa ini?" tanyaku sambil menatap bapak.
"SK pindah ke Jakarta". Mendengarnya kaget, antara senang tapi ada juga sedih. Senang karena kembali ke rumah, sedih karena anak pertama akan ujian UAN, waktu itu kelas 6 SD tapi masih di awal-awal semester. Sebenarnya bisa kami tetap tinggal di Banjarmasin menunggu sampai selesai ujian baru menyusul bapak, tapi anak-anak terutama mas Nanda anak pertama kami menolak dan minta ikut pulang.

Akhirnya kami berusaha mencari sekolah yang masih bisa menerimanya di Tangerang Selatan. Alhamdulillah masih ada yang bisa menerimanya. Semua dimudahkan Allah SWT untuk berkumpul.

Dalam waktu seminggu mencari ekspedisi, tiket, sekolah juga mengurus rumah kami yang sedang disewa orang.Semua kami syukuri dan nikmati, sambil berdoa semoga sudah tidak pindah lagi, kalaupun pindah tugas dari Jakarta ke sekitar Tangerang Selatan saja, KPPN Tangerang Selatan atau pindah kantor tapi tetap di wilayah Jakarta, Aamiin, hingga anak-anak besar dan kuliah.

Kami nomaden sekarang tapi punya impian kelak ketika pensiun ingin pulang ke desa kelahiran di Sukamaju,  Sulawesi Selatan.  Aamiin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lomba 17 an

Sendiri mendaftar, berangkat bareng teman, pengumuman pun sendiri. Masyaallah tabarokallah,