Minggu, 25 Februari 2018

Aliran Rasaku di Kelas Bunsay





Alhamdulillah bersyukur sekali bisa mengikuti kelas online dan bisa menyelesaikan semua tantangan materi  bunda sayang.

Selama setahun belajar banyak hal. Terimakasih untuk guru kami pak Dodik Maryanto dan bu Septi Peni Wulandari atas ilmunya, semoga menjadi amal jariyah bagi keluarganya.

Terimakasih juga kepada semua fasil yang selalu siap membersamai belajar kami di kelas Bunsay bacth #1 Tangsel, untuk ketua kelas kami dan teman-teman seperjuanganku yang selalu bantu membantu dalam berbagai tantangan semoga bisa lulus bareng, walaupun ada beberapa yang tak bisa melanjutkan.

Kebersamaan di kelas online bunsay semoga berlanjut bersilaturahim di offline sebagai saudara seideologi.

Tak lupa terimakasih kepada suamiku  bapak Kunandar juga anak-anak yang sudah mengijinkan untuk mengikuti kelas bunsay ini.

Berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan tantangan-tantangannya, walau terkadang masih belum maksimal tapi  bisa diselesaikan dan selalu ada hikmah di balik kesulitan.

Alhamdulillah rintangan bisa ditaklukkan dengan kegigihan untuk berhasil.

Tapi setelah menyelesaikan  kelas bunda sayang dengan  materi  yang tak saya dapatkan di bangku sekolah formal, masih ada lagi tantangan yang harus saya tuntaskan yang selalu muncul menjadi pertanyaan yang mengusik hati :

"Apa yang akan dilakukan terhadap ilmu yang sudah didapat?"
"Sudahkah diamalkan ilmu yang diperoleh?"
"Sudahkah berbagi ilmu yang diperoleh dengan sesama?"

Kadang merasa mendholimi diri ketika tahu tentang ilmunya tapi tak mengamalkan, banyak khilaf kepada diri, anak-anak juga suami. Astaghfirullah..

Pernah suami berkata, "Mama itu kebanyakan teorinya tapi gak dilaksanakan."

Fhiuhh... Rasanya seperti kesambar petir disiang hari.

Rasanya darah di kepala  ini mendidih tapi tetap menahan diri dan istighfar. Saya harus menerima itu sebagai masukkan yang harus diperbaiki dan menjadi PR besar sekaligus  tantangan bagi saya adalah PENGAMALAN ILMUNYA.

Tak ingin menjadi kolektor ilmu tanpa pengamalan, tak ingin seperti pepatah yang mengatakan

 "Ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon tanpa buah."

Sejak itu saya tanamkan dalam hati bahwa yang sedikit dan  diamalkan dengan istiqomah di dalamnya lebih afdol untuk kebaikan keluarga sebagai prioritas utama.

Bersungguh-sunguhlah  di dalam maka kamu akan keluar dengan kesungguhan 
(Ibu Septi Peni Wulandari)

Manusia tak ada yang sempurna dan tempat khilaf namun setidaknya ada perbedaan sebelum dan sesudah belajar di kelas bunsay.

Dulu belum paham bagaimana berkomunikasi produktif, bagaimana melatih kemandirian anak, apa itu fitrah bakat dan fitrah seksual, bagaimana menumbuhkan minat baca, bagaimana agar anak mandiri sejak dini, cerdas finansial, mengenali gaya belajar anak, bagaimana agar anak suka matematika, bekerjasama dalam team, memacu kreativitas anak, membangun karakter lewat dongeng, memanfaatkan multimedia untuk membangun kebersamaan, dll, Alhamdulillah sekarang  sudah tahu dan berusaha dipraktekkan.

Membuka lagi catatan, amalkan, evaluasi...









#AliranRasaKelasBunsayBacth1
#IIPTangsel









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lomba 17 an

Sendiri mendaftar, berangkat bareng teman, pengumuman pun sendiri. Masyaallah tabarokallah,